Menurut
Ibid, penginderaan jauh dapat diartikan sebagai cara memperoleh informasi atau
pengukuran sifat-sifat suatu obyek atau gejala, dengan menggunakan alat
pencatat tanpa ada hubungan langsung dengan obyek atau gejala tersebut. Dalam
bahasa Prancis, penginderaan jauh lebih dikenal dengan istilah teledetection, dalam bahasa Jerman
dikenal sebagai fernerkundung, dan
dalam bahasa Spanyol dikenal dengan perception
remota.
Interpretasi
image merupakan suatu proses untuk
memperoleh informasi melalui image
(Ester, J. E. at al; 1975). Image
yang dimaksud dalam pembahasan ini adalah gambaran obyek permukaan bumi yang
ditangkap atau dicatat oleh sensor dari jarak jauh yang selanjutnya disebut
citra prnginderaan jauh (CPJ). Image yang dihasilkan dengan cara fotografi
disebut citra foto atau foto udara, sedangkan image lainnya disebut citra non foto (citra inframerah termal,
citra radar).
Interpretasi
CPJ merupakan perbuatan pengkajian CPJ dengan maksud mengenali objek-objek
sebenarnya dan menilai pentingnya obyek-obyek tersebut (Ester, J. E. at al;
1975). Interpretasi mempelajari CPJ melalui proses deteksi, identifikasi,
pengukuran dan evaluasi terhadap pentingnya obyek-obyek lingkungan dan
obyek-obyek budaya, pola dan hubungan keruangannya.
Menurut
E. L. Rabben (1960), interpretasi foto udara meliputi:
1.
Deteksi dan identifikasi terhadap citra
foto yang penting
2.
Pengukuran terhadap citra foto
3.
Penyadapan informasi berdasarkan
pengetahuan khusus yang dikuasai
4.
Komunikasi terhadap persepsi dari citra
foto dan pentingnya citra tersebut.
Interpretasi CPJ tidak sekedar bertujuan
mengenali obyek, melainkan menyimpulkan atau menilai pentingnya obyek tersebut
dipandang dari badang keahlian tertentu untuk memecahkan masalah yang sedang
dihadapi. Untuk mencapai tujuan tersebut, interpretasi menggunakan berbagai informasi
yang berasal dari luar image. Data
ini sering disebut collateral data, ground truth, atau on-site verification
(Estes J. E. 1974). The Department of the
Army, Navy, and the Air Force (1967) menyebutnya reference materials. Informasi dari luar CPJ ini dapat berupa
pustaka, pengukuran dan analisa laboratorium, pengkajian medan, pemotretan
terestris, dan sebagainya.
Bagian yang vital dalam interpretasi CPJ
adalah pengenalan obyek. Pengenalan obyek dilaksanakan dengan mengkaji
karakteristik gambaran pada CPJ sesuai dengan karaktristik obyeknya.
Karakteristik gambaran pada CPJ yang
digunakan untuk kunci pengenalan obyek ini disebut unsur-unsur interpretasi CPJ
(Estes J. E. at al; 1975). Unsur interpretasi terdiri dari delapan macam, yaitu
rona dan warna, bentuk, ukuran, bayangan, tekstur, pola, site, asosiasi, dan
resolusi (Ibid).
1.
Rona dan Warna
Rona
(tone / color tone / grey tone)
adalah gelap terangnya CPJ berdasarkan proporsi radiasi spektrum
elektromagnetik yang datang dari obyeknya. Tingkat gelap-terang CPJ (gradasi
hitam putih) disebut density.
Rona
atau density (S) merupakan logaritma
dari daya absorpsi (A) dari emulsi fotografi (Baesch, H, 1959), atau
dirumuskan:
S
= log A
A
merupakan nilai kebalikan dari daya pantul (R) bagi positif, atau kebalikan
dari transmisi (T) bagi negatif, dirumuskan:
Positif:
A =
Negatif: A = -
Menurut
Kliford (1973), opacity atau tingkat
tak tembus cahaya merupakan ukuran bagi proporsi sinar datang yang ditahan
untuk melewan negatif. Density (S)
merupakan logaritma dari opacity.
Rona
merupakan kunci penting dalam mengenal obyek pada CPJ. Kadang-kadang obyek
dapat dikenal hanya melaui ronanya saja. Karena rona identik dengan density,
pengukura rona dilakukan melalui densitynya, dengan alat yang disebut densitometer.
Citra
foto rona ditentukan oleh jumlah sinar yang dipantulkan oleh obyek. Pada citra
inframerah, rona bergantung pada jumlah energi dan pancaran obyek. Pada citra
radar, rona bergantung pada energi yang dipantulkan kembali ke sensor oleh
obyek di permukaan bumi.
Rona
bergantung pada:
a. Obyek
· Permukaan
kasar cenderung menimbulkan rona gelap
· Warna
gelap cenderung menimbulkan rona gelap
· Tanah
basah atau lembab cenderung menimbulkan rona gelap.
b.
Bahan yang digunakan (Kliford, 1973)
Setiap
jenis film memiliki kepekaan yang berbeda-beda, sehingga film tersebut akan
menentukan rona pada citra foto. Silver halide biasa hanya peka terhadap
spektrum ultraviolet dan biru, sehingga negatifnya hanya mencatat obyek yang
memantulkan sinar dengan panjang gelombang yang relatif pendek. Akibatnya
banyak obyek yang terlihat di medan hanya digambarkan oleh image dengan rona yang lemah sekali.
Silver
halide yang ditambahkan bahan tertentu untuk memperluas kepekaannya hingga
meliputi sebagian besar spektrum hijau akan memberikan hasil yang lebih baik
dari silver halide biasa, selanjutnya disebut orthochromatic film.
Sekarang
ini hampir semua film adalah panchromatic
yang kepekaannya diperluas hingga meliputi hampir seluruh spektrum merah.
Ditambah dengan film inframerah yang kepekaannnya berbeda, maka rona yang
dihasilkan oleh masing-masing jenis film ini berbeda pula.
0,400
|
|
|
|
|
|
|
||||
|
|
|
green
|
red
|
I.R.
|
||||
Silver hallides
|
|
|
|
|
|
||||
Orthochromatic
|
|
|
|
|
|
||||
Panchrmatic
|
|
|
|
|
|
||||
Infrared
|
|
|
|
|
|
Sumber: Kliford, 1973, p.200
Tabel 1. Nilai Pantulan
Beberapa Obyek
Jenis
Obyek
|
Rata-Rata
Nilai Pantulan (%)
|
Tanah
rumput
|
6,9
- 12
|
Tanah
terbuka lembab
Tanah
terbuka kering
|
8,7
15,4
|
Padi-padian
|
6,6
– 15,6
|
Jalan
dengan lapisan hitam
Jalan
berdebu
|
21,0
24,5
|
Bayangan
pada tanah rumput, nilai minimum
Bayangan
pada tanah rumput, nilai maksimum
|
0,3
2,2
|
Sumber: Hans Boesch,
1959, p. 8.
c.
Cuaca
Salah
satu contoh adalah kabut yang bersifat mengrangi kontras dan ketajaman image. Pengurangan kontras dapat
diperbaiki dengan photographic technique,
tetapi resolving power yang rendah
tetap tidak dapat diatasi.
Selain
ketiga faktor tersebut, rona juga dipengaruhi oleh jenis bahan yang digunakan
dalam processing, jenis kamera
(lensa), waktu pemotretan, letak lintang, dan lain-lain.
Contoh
pengenalan obyek berdasarkan rona:
a.
Foto pankromatik hitam putih
Daerah pasir: putih -
kelabu putih
Tanah humus: kelabu
hitam
Air: kelabu hitam –
hitam
Pohon karet: kelabu
hitam
b.
Citra inframerah yang dibuat malam hari
Permukaan metal yang
datar: gelap
Pavement: kelabu putih
– putih
Tanah (pasir, batuan):
kelabu putih
Rumput: hitam
Pohon: kelabu sedang
Air: kelabu putih -
putih
c.
Citra radar
Rona yang terang
menunjukkan bentang budaya yang penting, misalnya kota. Rona sedang menunjukkan
daerah terbuka dan datar. Rona gelap menunjukkan bentang air dan obyek lain
yang tidak mengembalikan energi yang dipancarkan dari sensor.
Menggunaan
warna lebih baik dari pada menggunakan rona karena warna lebih mirip dengan
obek sebenarnya, dan gradasi warna yang dapat dibedakan jauh lebih besar (100
kali lebih besar).
Menurut
Estes (1975), warna citra foto dibedakan menjadi warna asli dan warna semu.
Warna asli terdapat pada citra foto pankromatik berwarna, sedangkan warna semu
terdapat pada citra foto inframerah berwarna.
Pada
warna semu, warna yang tergambar pada citra foto berlainan dengan obyeknya. Misalnya pada citra inframerah berwarna,
obyek yang memantulkan warna merah akan tampak hijau, sedangkan obyek yang
memantulakan warna hijau akan tampak biru.
Meskipun
demikian, warna semu lebih menguntungkan karena kontras atau beda antara obyek
yang satu dengan obyek yang lain lebih besar dan daya tembus terhadap kabut
juga lebih besar sehingga ketajaman cita fotonya lebih besar.
2.
Bentuk (Shape/Form)
Menurut
The Department of the Army, Navy and the
Air Force (1967), bentuk adalah konfigurasi umum dari suatu obyek. Bentuk buatan
manusia lebih teratur daripada bentuk alami. Misalnya pada kenapakan panjang
yang mengalirkan air, saluran irigasi memiliki bentuk yang lebih teratur
daripada sungai. Perkebunan memiliki bentuk yang lebih teratur dari pada hutan.
Menurut Ibid, distorsi bentuk sering terjadi apabila mempergunakan citra radar
atau citra inframerah.
3.
Ukuran (Size)
Ukuran
meliputi dimensi panjang, luas, tinggi, kemiringan, dan volume obyek. Gedung
yang merupakan rumah tinggal pada umumnya memiliki ukuran yang lebih kecil dari
pada gedung sekolah, kantor, atau industri. Dengan mengamati lebar jalan, maka
kita dapat dengan mudah mengetahui apakah jalan tersebut merupakan jalan utama
atau bukan.
4.
Bayangan (Shadow)
Bayangan
mencerminkan kondisi obyek yang menghalangi sinar matahari yang seharusnya
mengenai suatu daerah tertentu pada CPJ (Ibid). Bentuk bayangan dapat mencerminkan
profil obyek, misalnya pada menara tinggi, cerobong asap, lereng terjal, dan
lain sebagainya. Perbedaan panjang bayangan kurang lebih mencerminkan perbedaan
tinggi obyek, sehingga bayangan dapat menentukan beda tinggi secara relatif.
Bayangan
pada citra infrared disebabkan oleh pantulan energi inframerah dan perbedaan
temperatur yang disebabkan oleh bayangan. Bayangan pada citra infrmerah dapat
bertahan beberapa jam setelah obyek yang menimbulkan bayangan berpindah tempat
secara relatif. Pada citra radar, bayangan disebabkan oleh obyek-obyek yang
menghalangi antara energi dari transmisi radar dan obyek-obyek yang lebih jauh
(Ibid).
5.
Tekstur (Texture)
Menurut
Smith (1943), tekstur adalah kenampakan gabungan antara unsur-unsur yang
terlalu kecil untuk dibedakan secara teresendiri, yaitu gabungan antara rona,
ukuran, spacing, susunan, dan efek
bayangan. Sedangkan menurut Ibid, tekstur pada foto udara adalah frekuensi
perubahan rona di dalam image.
Tekstur dibedakan menjadi:
a.
Kasar atau halus
b.
Seragam atau tak seragam
c.
Granulair atau lineair
d.
Wooly
atau mottled.
Sebagai contoh, pasir
bertekstur halus dan seragam, tanah rumput bertekstur seragam dan mottled, dan
tanah hutan bertekstur kasar dan tak seragam. Pada citra radar, kota dapat
dikenali melalui tekstur yang berpola khusus seperti jalan.
6.
Pola (Pattern)
Menurut
Ibid, pola adalah susunan keruangan dari suatu obyek. Pengulangan bentuk umum
atau hubungan tertentu merupakan karakteristik bagi banyak obyek, baik obyek
bentukan manusia maupun alami, dan merupakan pola yang dapat dipakai sebagai
kunci pengenalan obyek. Permukiman yang berbentuk lineair kemungkinan terletak
pada beachridge, sepanjang sungai,
atau sepanjang jalan. Pola aliran dendritik menunjukkan pola homogenitas
batuan. Pola aliran trelis menunjukkan daerah lipatan. Tempat-tempat ekstraksi
mineral dapat dikenal dari pola yang tidak konsisten terhadap lingkungannya.
7.
Site
Menurut
Ibid, site adalah lokasi suatu obyek
dalam hubungannya dengan lingkungan. Berbagai tipe vegetasi secara karakteristik
terikat kepada site tertentu seperti rawa, tanggul, sungai, dan dataran pasir.
Pengenalan site dapat berfungsi untuk deduksi terhadap spesies vegetasi
tersebut. Contohnya hutan bakaua terletak pada pantai yang becek atau tepi
sungai sampai batas air payau. Kebun kopi terletak pada daerah yang miring
karena pohon kopi menghendaki tanah dengan drainase yang baik. Instalasi
pembangkit tenaga termal terletak di dekat sungai besar karena membutuhkan air
dalam jumlah besar untuk pendingin.
8.
Asosiasi
Berbagai
obyek dapat dikenal melalui hubungan atau adanya obyek lain. Misalnya pabrik
aluminium dikaitkan dengan fasilitas listrik yang besar karena memerlukan
listrik dalam jumlah besar. Gedung sekolah serng berasosiasi dengan lapangan
olahraga atau halaman bermain yang dapat membedakan terhadap obyek lain. Pola
anulair pada sebuah bukkit menunjukkan bahwa bukit itu sebuah kubah.
9.
Resolusi
Resolusi
berperan sebagai ukuran suatu obyek dapat dikenal dan dibedakan dengan obyek
lain. Resolusi pada citra foto adalah jumlah garis pada jarak 1 mm, dimana
garis tersebut masih masih dapat dibedakan satu dengan yang lain (Estes, J. E.;
1975). Misalnya tiap garis memiliki lebar 0,02 mm dan lebar garis bersama jarak
antar garis adalah 0,04 mm, sehingga resolusi fotonya adalah 25 garis per mm.
Semakin tinggi resolusi, maka kualitas foto akan semakin baik karena foto
tersebut akan menggambarakan obyek yang lebih kecil yang masih dapat dibedakan
terhadap obyek lainnya. Resolusi CPJ merupakan fungsi dari:
a.
Kontras rona: perbedaan rona antara
obyek dan background
b.
Bandingan antara panjang dan lebar obyek
c.
Ketajaman citra foto
d. Butir-butir
film