Minggu, 26 Mei 2013

OSEANOGRAFI: Laut dan Wilayah Pesisir Karang Wuni (Glagah)


Saya berasal dari Kabupaten Magelang. Wilayah pesisir yang paling dekat dengan asal saya adalah wilayah pesisir Karang Wuni (Glagah). Untuk mempelajari batasan wilayah pesisir dan laut, serta guna memenuhi tugas oseanografi, saya mencari kenampakan wilayah pesisir dan lautnya melalui google earth.
Dari gambar yang saya dapat tersebut, saya mencoba mendeliniasi batas dalam wilayah pesisir dan laut. Ada tiga macam garis yang saya gunakan sebagai batas. Yang pertama adalah coastline, yaitu garis terdepan terjadinya pasang tertinggi. Yang ke dua adalah shoreline, yaitu garis batas terjadinya surut terendah. Dan yang ke tiga adalah surfline, yaitu garis yang menjadi tempat terjadinya pecah gelombang yang pertama. Area yang dibatasi oleh ketiga garis tersebut memiliki karakteristik tertentu.
Area yang dibatasi coastline hingga daratan yang masih bisa diidentifikasi ciri laut masa kini (Holosen) disebut pesisir atau coast. Pada pesisir terdapat area yang merupakan hasil proses marine masa lalu yang sudah tidak bekerja lagi serta terdapat di belakang beting gisik dan tidak terdapat air disebut fluvio marine, sedangkan apabila terdapat air asin disebut laguna. Area pesisir pada gambar di halaman pertama memiliki area yang tergolong fluvio marine karena tidak ada aliran air asin yang terpisahkan dari iniduknya oleh gisik penghalang.
Area yang dibatasi oleh coastline dan shoreline disebut pantai (shore). Jadi, pantai adalah zona sempit perairan laut atau lautan dengan daratan yang dibatasi oleh rerata garis surut terendah hingga pasang tertinggi (King, 1972; CER, 1984). Pantai dibedakan menjadi empat macam berdasarkan material penyusunnya yaitu beach, mudflat, plateform, dan rifflat. Beach adalah pantai yang tersusun atas material pasir. Mudflat adalah pantai yang tersusun atas material lumpur. Plateform adalah pantai yang tersusun atas material vulkanis. Dan rifflat adalah rataan terumbu, yaitu daerah pasang surut yang berupa terumbu.
Area di antara shoreline dan surfline disebut zona pecah gelombang atau breakers zone. Zona pecah gelombang terlihat seperti garis putih berbuih.
Area yang dibatasi surfline menuju ke perairan asin yang dalam disebut sea. Pada sea terdapat gelombang air asin yang besar-besar dan memiliki amplitudo yang relatif sama.
Istilah pesisir dan wilayah pesisir memiliki perbedaan makna. Wilayah pesisir atau coastal area melingkupi wilayah yang lebih luas dibanding pesisir. Wilayah pesisir terdiri dari zona pecah gelombang, pantai dan gisik, pesisir, dan dataran aluvial pesisir.
Agar dapat mengelola pesisir dengan baik, maka selain kita harus paham batas wilayah pesisir, kita juga harus mampu mencirikan tipologi wilayah pesisir. Kekhasan ciri tipologi yang dimiliki suatu pesisir akan menunjukkan bagaimana pesisir tersebut terbentuk.
Wilayah pesisir Karang Wuni (Glagah) tergolong wilayah pesisir yang berpasir, sesuai dengan kenampakan tekstur pada citra yang halus dan pengamatan di lapangan yang pernah saya lakukan.
Ditinjau dari jenis ekosistem hayati, wilayah pesisir Karang Wuni (Glagah) tergolong wilayah pesisir bervegetasi lahan kering. Tanaman yang tumbuh misalnya adalah ketapang, pandan, atau cemara laut.
Ditinjau dari perkembangan wilayah yang berorientasi pada pemanfaatan lahan, wilayah pesisir Karang Wuni (Glagah) berstatus sebagai wilayah pesisir perdesaan karena belum terdapat pembangunan yang pesat dan mengarah pada pariwisata dan industri yang besar. Wilayah pesisir Karang Wuni (Glagah) berkembang sebagai wilayah pesisir industri. Lahan digunakan untuk produksi garam. Hal itu dapat dilihat dengan mengidentifikasi kenampakan kotak-kotak pada area pesisir. Kenampakan kotak-kotak tersebut mirip dengan kenampakan tambak dan sawah. Tetapi kanmpakan tersebut bukan merupakan area tambak karena tidak terdapat sungai yang mengalir sehingga tidak memungkinkan pemanfaatan lahan sebagai tambak dengan air payau. Kenampakan tersebut juga bukan merupakan sawah karena lokasi sawah tidak mungkin ada di dekat laut.
Karang Wuni (Glagah) tergolong tipologi pesisir sub aerial deposition coast. Disebut sub aerial deposition coast karena terjadi akumulasi bahan-bahan sedimen Sungai Opak secara langsung. Material yang dimaksud adalah material vulkanis (pasir, batu) yang bersumber dari Gunung Merapi. Material yang masih berada di sekitar Gunung Merapi sangat mudah tererosi oleh hujan lebat yang intensitasnya tinggi. Walau demikian, akumulasi sedimen di muara sungai tidak membentuk delta karena terpengaruh oleh ombak di pantai selatan yang kuat.
Jarak berbanding lurus dengan kehalusan material pembentuk sedimen yang terangkut. Ketika masih berada di hulu, energi kinetik air yang membawa material masih sangat besar sehingga material yang terangkut masih sangat bervariasi, mulai dari material-material halus hingga material kasar yang sangat besar. Semakin mendekati muara sungai, kondisi topografinya semakin landai sehingga energi kinetik air semakin berkurang, akibatnya material-material kasar terendapkan dan yang terangkut tinggal materi halus saja.
Di Karang Wuni banyak terdapat air payau yang berasal dari percampuran air laut dan air sungai. Air payau tersebut banyak dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai tambak bandeng.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

KITĀB BAHJATU QULŪBIL ABRĀR, HADĪTS 11

🌍 BimbinganIslam.com Jum’at, 04 Sya’ban 1439 H / 20 April 2018  👤 Ustadz Riki Kaptamto Lc 📗 Kitab Bahjatu Qulūbul Abrār Wa Quratu ‘Uy...