Selasa, 26 Desember 2017

TAFSIR SURAT AL IKHLĀSH DAN MU'AWWIDZATAIN (BAGIAN 1)


بِسْمِ الله الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ
السلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته

إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ, نَحْمَدُهُ, وَنَسْتَعِينُهُ, وَنَسْتَغْفِرُهُ, ونتوب إليه وَنَعُوذُ بِاللَّهِ مِنْ شُرُورِ أَنْفُسِنَا, وَسَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا. مَنْ يَهْدِهِ اللَّهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ, وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ, وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ, وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ لا نبي بعده.
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوتُنَّ إِلاَّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ.

يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيرًا وَنِسَاءً وَاتَّقُوا اللَّهَ الَّذِي تَسَاءَلُونَ بِهِ وَالأََرْحَامَ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا.

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلاً سَدِيدًا يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا. أَمَّا بَعْدُ:

فإنّ احسن الكلام كلام الله وَخَيْرَ الْهَدْيِ هَدْيُ مُحَمَّدٍ صلى الله عليه وسلم وَشَرَّ الأُمُورِ مُحْدَثَاتُهَا وَكُلَّ مُحْدَثَاتٍ بدعة وكلّ بِدْعَةٍ ضَلالَةٌ وكلّ ضلالة في النار

Alhamdulillāh, Allāh Subhānahu wa Ta'āla masih memberikan kita kesempatan untuk bertemu kembali dalam rangka untuk mempelajari ayat-ayat Allāh Subhānahu wa Ta'āla.

Mempelajari tafsir dari surat-surat dalam Juz'amma.

Semoga Allāh Subhānahu wa Ta'āla memberkahi pertemuan kita kali ini dan juga pertemuan-pertemuan kita selanjutnya.

Kita akan membahas surat yang pertama yaitu surat "Qul Huwallāhu Ahad".

√ Surat Makkiyyah

Diturunkan oleh Allāh Subhānahu wa Ta'āla kepada Nabi Shallallāhu 'alayhi wa sallam tatkala Nabi Shallallāhu 'alayhi wa sallam di Mekkah sebelum beliau berhijrah ke kota Madīnah.

Kita jelaskan bahwasanya surat "Qul Yā ayyuhāl Kāfirūn" disebut pula dengan surat Al Ikhlās.

Jadi ada 2 (dua) surat dalam Al Qurān yang dikenal dengan surat Al Ikhlās, yaitu :

⑴ Surat "Qul Yā ayyuhāl Kāfirūn"
⑵ Surat "Qul Huwallāhu Ahad"

Dua-duanya dinamakan dengan surat Al Ikhlās, karena 2 (dua) surat tersebut menunjukan baroatun minna Syirk (menunjukan berlepas diri) sikap berlepas diri penentangan terhadap kesyirikan.

▪ Yang Pertama |Qul Yā ayyuhāl Kāfirūn

Surat "Qul Yā ayyuhāl Kāfirūn" dia menunjukan bentuk pelepasan diri dari kesyirikan dalam bentuk amali (perbuatan).

Karena Allāh memerintahkan kepada Nabi Shallallāhu 'alayhi wa sallam "Qul Yā ayyuhāl Kāfirūn" katakanlah wahai Muhammad.

Terang-terangan, tegaslah engkau wahai Muhammad kepada mereka dengan berkata "Qul Yā ayyuhāl Kāfirūn" (Wahai orang-orang yang Kāfir) tanpa basa basi.

Allāh menegaskan Nabi untuk berlepas diri dari kekufuran orang-orang kāfir dari kesyirikannya orang-orang musyrikin dengan mengatakan " Yā ayyuhāl Kāfirūn" (Wahai orang-orang kāfir).

▪ Yang Kedua | Qul Huwallāhu Ahad

Dinamakan juga surat Al Ikhlāsh karena dalam surat ini ada kandungan-kandungan makna tentang sifat-sifat Allāh Subhānahu wa Ta'āla.

Yang menunjukan bahwasanya Allāh Maha Esa dan Allāh sama sekali berlepas diri dari segala bentuk kesyirikan, dari segala bentuk tuduhan kepada Allāh Subhānahu wa Ta'āla (seperti) menyatakan Allāh punya anak dan tuduhan-tuduhan yang lainnya.

Dan surat "Qul Huwallāhu Ahad" adalah surat yang sangat sering dibaca oleh Nabi Shallallāhu 'alayhi wa sallam dan dianjurkan untuk sering dibaca.

Oleh karenanya kita jelaskan bahwasanya surat Al Kāfirūn dibaca dalam banyak tempat dan seluruh tempat dimana dibaca surat Al Kāfirūn juga dibaca surat "Qul Huwallāhu Ahad".

Seperti :

⇛ Dua raka'at sebelum shalāt Subuh

√ Raka'at pertama dibaca "Qul Yā ayyuhāl Kāfirūn"
√ Raka'at kedua dibaca surat  "Qul Huwallāhu Ahad"

⇛ Dua raka'at setelah Maghrib

√ Raka'at pertama dibaca "Qul Yā ayyuhāl Kāfirūn"
√ Raka'at kedua dibaca  "Qul Huwallāhu Ahad"

⇛ Shalāt Witir

√ Raka'at pertama dibaca "Sabbihisma rabbikal 'alaa" ( QS Al A'lā)
√ Raka'at kedua membaca "Qul Yā ayyuhāl Kāfirūn"
√ Raka'at ketiga membaca "Qul Huwallāhu Ahad"

⇛ Shalāt 2 (dua) raka'at setelah thawāf (selesai melakukan thawāf)

√ Raka'at pertama membaca "Qul Yā ayyuhāl Kāfirūn"
√ Raka'at kedua membaca "Qul Huwallāhu Ahad"

⇛ Tatkala seseorang hendak tidur dianjurkan membaca :

√ Qul Yā ayyuhāl Kāfirūn
√ Qul Huwallāhu Ahad
√ Qul A'udzu bi Rabbil Falaq (QS Al Falaq)
√ Qul A'udzu bi Rabbinnās (QS An Nās)

Masih banyak keutamaan-keutamaan "Qul Huwallāhu Ahad" melebihi daripada "Qul Yā ayyuhāl Kāfirūn"

Diantaranya :

⇛Dibaca setelah shalāt (setelah dzikir shalāt)

"Qul Huwallāhu Ahad" dibaca setiap selesai shalāt, setelah kita berdzikir selesai shalāt kita membaca 3 (tiga) surat ini, yaitu :

① Qul Huwallāhu Ahad
② Qul A'udzu bi Rabbil Falaq (QS Al Falaq)
③ Qul A'udzu bi Rabbinnās (QS An Nās)

⇛ Dibaca tatkala dzikir pagi petang

Diwaktu pagi dan petang kita membaca 3 surat ini :

① Qul Huwallāhu Ahad
② Qul A'udzu bi Rabbil Falaq (QS Al Falaq)
③ Qul A'udzu bi Rabbinnās (QS An Nās)

⇛ Dibaca tatkala seseorang sedang bertaawud atau sedang meruqyah, membaca 3 surat ini :

① Qul Huwallāhu Ahad
② Qul A'udzu bi Rabbil Falaq (QS Al Falaq)
③ Qul A'udzu bi Rabbinnās (QS An Nās)

Hal ini menunjukan bahwasanya surat
" Qul Huwallāhu Ahad" adalah surat yang sangat spesial oleh karenanya dalam hadīts Nabi Shallallāhu 'alayhi wa sallam mengatakan :

إِنَّهَا لَتَعْدِلُ ثُلُثَ القُرْآنِ

"Bahwasanya surat "Qul Huwallāhu Ahad" ini nilainya seperti 1/3 dari Al Qurān"

Dalam satu hadīts kata Nabi Shallallāhu 'alayhi wa sallam :

أَيَـعْجِزُ أَحَدُكُمْ أَنْ يَقْرَأَ فِي لَيْلَةٍ ثُلُثَ القُرْآنِ؟

"Apakah salah seorang dari kalian tidak mampu untuk membaca 1/3 Al Qurān dalam satu malam?"

Maka para shahābat mengatakan :

 أَيُّـنَا يُطِيْقُ ذَلِكَ يَا رَسُوْلَ اللهِ؟

"Siapa diantara kami yang mampu membaca sepertiga  Qurān setiap malam, Yā Rasūlullāh?

Berat, sepertiga Qurān berarti 10 Juz, setiap malam ini berat.

Maka Nabi Shallallāhu 'alayhi wa sallam mengatakan bacalah surat

 قُلْ هُوَ اللَّهُ أَحَدٌ - اللَّهُ الصَّمَدُ - لَمْ يَلِدْ وَلَمْ يُولَدْ - وَلَمْ يَكُنْ لَهُ كُفُوًا أَحَدٌ

Bahwasanya surat ini nilainya seperti sepertiga dari Al Qurān.

(HR Muslim nomor 1344, versi Syarh Muslim nomor 811)

Dan hadīts-hadits seperti ini banyak, seperti tatkala ada seorang shahābat melihat shahābat yang lain mengulang-ulang bacaan "Qul Huwallāhu Ahad" maka dia memberi tahu hal ini kepada Nabi Shallallāhu 'alayhi wa sallam, seakan-akan dia merasa hal itu perkara yang ringan.

كأنّه تقالها

Maka Nabi Shallallāhu 'alayhi wa sallam mengatakan,

إِنَّهَا لَتَعْدِلُ ثُلُثَ القُرْآنِ

Bahwasanya surat "Qul Huwallāhu Ahad" sama dengan sepertiga Al Qurān.

(HR Bukhari nomor 4627, versi Fathul Bari nomor 5013)




===
KEUTAMAAN SURAT "QUL HUWALLĀHU AHAD"


السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
الحمد لله على إحسانه، والشكر له على توفيقه وامتنانه، وأشهد أن لا إله إلا الله وحده لا شريك له تعظيما لشأنه، وأشهد أن محمدا عبده ورسوله الداعي إلى رضوانه، اللهم صلى عليه وعلى آله وأصحابه وإخوانه


Para pendengar yang di rahmati oleh Allāh Subhānahu wa Ta'āla.

Kita lanjutkan pengajian kita dari tafsir Juz'amma yaitu surat "Qul Huwallāhu Ahad".

Para ulamā menjelaskan yang dimaksud dengan surat "Qul Huwallāhu Ahad" adalah sepertiga Al Qurān bukan berarti kalau ada orang baca "Qul Huwallāhu Ahad" 3 (tiga) kali berarti telah membaca satu Al Qurān, bukan begitu maksudnya.

Dijelaskan oleh para ulamā seperti Al Hafizh Al Qurthubi rahimahullāh dalam tafsirnya dan juga para ulamā yang lain, kenapa surat "Qul Huwallāhu Ahad" dikatakan sepertiga Al Qurān?

Karena kandungam dalam Al Qurān ada 3 (tiga) perkara, yaitu :

⑴ Masalah ahkam (hukum-hukum yang dikandung oleh Al Qurān).

⑵ Al Wa'du wa Al Wa'id  (Janji Allāh dan ancaman Allāh (Surga dan Neraka)).

⑶ Masalah Asmaul Sifat (Nama-nama Allāh dan Sifat-sifat Allāh).

Sebagaimana penjelasan dari Imām Al Qurthubi.

Oleh karenanya barangsiapa yang membaca "Qul Huwallāhu Ahad" yang kandungan surat, seluruh isinya, tentang sifat-sifat Allāh Subhānahu wa Ta'āla, maka seakan-akan dia sudah membaca sepertiga bagian daripada Al Qurān.

Para ulamā lain menyatakan, Al Qurān terdiri atas 3 (tiga), yaitu :

⑴ Sepertiga yang pertama masalah hukum-hukum.

⑵ Sepertiga yang kedua mengenai masalah qashsah  kisah-kisah.

⑶ Sepertiga yang ketiga masalah aqidah.

Dan surat "Qul Huwallāhu Ahad" seluruhnya isinya tentang aqidah.

Dari sini, barangsiapa yang membaca surat "Qul Huwallāhu Ahad" maka seakan-akan dia sudah membaca sepertiga Al Qurān.

Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam tidak pernah mengatakan, "Barangsiapa yang membaca Qul Huwallāhu Ahad 3 (tiga) kali berarti dia membaca satu Al Qurān penuh."

Bahkan tatkala ada seorang shahābat yang menceritakan kepada Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam tentang shahābat yang lain yang mengulang-ulang surat "Qul Huwallāhu Ahad" maka Nabi hanya mengatakan surat, "Qul Huwallāhu Ahad" seperti sepertiga Al Qurān."

Ini menunjukan bahwasanya dinilai dari sisi kandungan surat "Qul Huwallāhu Ahad", yaitu mengandung makna aqidah atau mengandung nama-nama dan sifat Allāh Subhānahu wa Ta'āla.

Dalam hadīts yang lain dalam Shahīh Bukhāri, suatu saat Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam mengirim sariyyah (pasukan perang) yang pimpin oleh seorang shahābat.

Tatkala berangkat pasukan tersebut, pimpinan mereka setiap kali shalāt (menjadi Imām mereka) setiap selesai membaca surat di akhiri dengan membaca "Qul Huwallāhu Ahad".

√ Raka'at pertama dia membaca surat kemudian surat "Qul Huwallāhu Ahad" (sampai selesai) baru dia ruku' Allāhu Akbar.

√ Raka'at keduapun demikian, dia baca Al Fātihah kemudia dia membaca surat, selesai membaca surat, dia baca lagi surat "Qul Huwallāhu Ahad" (sampai selesai) baru kemudian dia ruku'.

Maka ini dilaporkan kepada Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam karena para shahābat merasa heran (aneh) dengan sikap shahābat ini, maka Nabi menyuruh mereka untuk bertanya kepada shahābat ini, mengapa dia senantiasa mengakhiri raka'atnya dengan membaca "Qul Huwallāhu Ahad.

Maka dia mengatakan:

"Surat Qul Huwallāhu Ahad sifat Ar Rahman."

Dia suka dengan surat ini karena berisi sifat-sifat Allāh Subhānahu wa Ta'āla.

Maka Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam mengatakan :

أَخْبِرُوْهُ أَنَّ اللهَ يُحِبُّهُ

"Kabarkanlah kepada dia bahwasanya Allāh cinta juga kepada dia (sebagaimana dia cinta Qul Huwallāhu Ahad)."

(Hadits Riwayat Muslim nomor 1347, versi Syarh Muslim nomor 813)

Karena dalam surat tersebut mengandung sifat-sifat Allāh, maka Allāh juga mencintai.


Dalam riwayat yang lain yang juga termaktub dalam Shahīh Al Bukhāri akan tetapi diriwayatkan oleh takliqan majzuman, disebutkan ada seorang shahābat dari kaum anshār yang memimpin para shahābat di masjid Quba' (menjadi Imām) namun orang ini kebalikannya, setiap dia shalāt, setiap raka'at dia buka dulu dengan surat "Qul Huwallāhu Ahad" baru kemudian dia baca surat yang lain, raka'at berikutnya pun demikian.

√ Raka'at pertama dia baca "Qul Huwallāhu Ahad" kemudian dia baca surat yang lain.

Demikianlah kebiasaan orang ini, maka para ma'mum (para shahābat) heran bertanya kepada dia.

"Wahai Imām kami, kenapa anda demikian, setiap membaca surat selalu dibuka dengan surat "Qul Huwallāhu Ahad" baru kemudian membaca surat yang lain?"

Apakah "Qul Huwallāhu Ahad" ini tidak cukup?

Kalau dia sudah cukup sebagai bacaan setelah Al Fātihah, ya sudah "Qul Huwallāhu Ahad" saja atau baca surat yang lain saja.

(Dua pilihan baca surat "Qul Huwallāhu Ahad" saja atau baca surat yang lain) tapi engkau gabungkan "Qul Huwallāhu Ahad" dengan surat yang lain?

Maka dia mengatakan:

"Kalau kalian mau saya jadi Imām seperti ini atau kalian cari Imām yang lain?"

Namun mereka tidak mau mencari Imām yang lain, karena orang ini yang paling afdal diantara mereka dalam bacaan Al Qurān.

Akhirnya mereka melaporkan hal ini kepada Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam, maka Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam bertanya kepada dia, dan dia mengatakan:

 فإِنِّي أُحِبُّهَا

"Saya mencintai surat "Qul Huwallāhu Ahad."

Maka kata Nabi:

 حُبُّكَ إِيَّاهَا أَدْخَلَكَ الْجَـنَّةَ

"Kecintaanmu terhadap surat ini memasukan engkau kedalam Surga."

(Hadits Riwayat Bukhari nomor 774)

Ini dalīl akan keutamaan surat "Qul Huwallāhu Ahad".


Dalam satu hadīts yang diriwayatkan oleh Imām Ahmad meskipun sanadnya diperselisihkan akan tetapi sebagian ulamā menyatakan hadīts ini hujjah, bahwasanya Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam menyatakan :

مَنْ قَرَأَ (قُلْ هُوَ اللَّهُ أَحَدٌ) حَتَّى يَخْتِمَهَا عَشْرَ مَرَّاتٍ بَنَى اللَّهُ لَهُ قَصْراً فِى الْجَنَّةِ

"Barangsiapa membaca surat "Qul Huwallāhu Ahad" 10 (sepuluh) kali, maka Allāh akan membangunkan bagi dia istana di Surga."

(Hadīts Riwayat Ahmad, 3: 437 Syaikh Al Albāniy rahimahullāh dalam Ash Shahīhah mengatakan bahwa hadīts ini hasan dengan berbagai penguat)

Kita telah jelaskan bagaimana keutamaan surat "Qul Huwallāhu Ahad", terlalu banyak keutamaannya.

Barangsiapa yang mencintainya bisa menyebabkan dia masuk dalam Surga.

Hal ini tidak  lain menunjukan akan keagungan surat "Qul Huwallāhu Ahad".

Ternyata benar surat ini dikatakan surat Al Ikhlāsh (surat keikhlāsan) karena memang murni diturunkan oleh Allāh untuk menjelaskan tentang sifat-sifat Allāh Subhānahu wa Ta'āla.

Oleh karenanya para ahli tafsir seperti Ibnu Katsīr, Al Qurthubi dan yang lainnya menyebutkan sebab turunnya surat ini yaitu orang-orang musyrikin datang menemui Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam dan berkata:

انْسُبْ لَنَا رَبَّكَ

"(Wahai Muhammad,) sebutkan nisbah (bagaimana sifat) Tuhan engkau (jelaskan kepada kami)?"

Maka turunlah firman Allāh Subhānahu wa Ta'āla:

قُلْ هُوَ اللَّهُ أَحَدٌ {1} اللَّهُ الصَّمَدُ {2} لَمْ يَلِدْ وَلَمْ يُولَدْ {3} وَلَمْ يَكُن لَّهُ كُفُواً أَحَدٌ {4}

(Hadits Riwayat at Tirmidzi nomor 3287, versi Maktabatu Al Ma'arif Riyadh nomor 3364)


===
TAFSIR SURAT AL IKHLĀSH (ayat 1)


السلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته
الحمد لله على إحسانه، والشكر له على توفيقه وامتنانه، وأشهد أن لا إله إلا الله وحده لا شريك له تعظيما لشأنه، وأشهد أن محمدا عبده ورسوله الداعي إلى رضوانه، اللهم صلى عليه وعلى آله وأصحابه وإخوانه


Ikhwan dan akhwat yang di rahmati oleh Allāh Subhānahu wa Ta'āla.

Kita lanjutkan pengajian kita dari tafsir Juz 'Amma yaitu surat Qul Huwallāhu Ahad.

Kita, In syā Allāh, akan mulai menafsirkan/menyebutkan tafsiran para ulamā tentang surat ini.

قُلْ هُوَ اللَّهُ أَحَدٌ

"Katakanlah, Dialah Allāh, Ahad (yang Maha Esa)."

Ini adalah dalīl yang sangat tegas bahwasanya Allāh Maha Esa, Allāh adalah Ahad.

Maha Esa dalam segala hal.

Oleh karenanya para ulamā menyatakan bahwa:

√ Allāh Maha Esa dalam Rubūbiyyah.
√ Allāh Maha Esa dalam Ulūhiyyah.
√ Allāh Maha Esa dalam Asma' wa Shifat.

Apa maksudnya Allāh Maha Esa dalam Rubūbiyyah Allāh?

Artinya:

√ Allāh Subhānahu wa Ta'āla Maha Esa dalam penciptaan alam semesta ini.
√ Allāh Maha Esa dalam pemilikan alam semesta ini.
√ Allāh Maha Esa dalam pengaturan alam semesta ini.

√ Tidak ada yang menciptakan bersama Allāh dalam menciptakan alam semesta ini.
√ Tidak ada yang menyertai Allāh dalam menciptakan alam semesta ini.

⇛Karena hanya Allāh yang menciptakan alam semesta ini (maka) tidak ada yang berhak memiliki alam semesta ini (kecuali) hanya Allāh Subhānahu wa Ta'āla.

Tidak ada yang bersama Allāh yang ikut serta memiliki alam semesta ini.

⇛ Allāh Subhānahu wa Ta'āla yang menciptakan, yang memiliki dan Dialah yang mengatur segala alam semesta ini. Tidak ada yang bersama Allāh yang ikut mengatur alam semesta ini.

Barangsiapa yang meyakini bahwa ada dzat lain yang ikut menciptakan atau ada dzat lain yang ikut memiliki atau ada dzat lain yang ikut mengatur maka dia telah terjerumus dalam kesyirikan dalam tauhīd Ar Rubūbiyyah.

Oleh karenanya Allāh Subhānahu wa Ta'āla menyatakan:

وَالَّذِينَ تَدْعُونَ مِنْ دُونِهِ مَا يَمْلِكُونَ مِنْ قِطْمِيرٍ

"Mereka (orang-orang yang kamu sembah selain Allāh) tidak memiliki apa yang ada dalam alam semesta ini, bahkan meskipun qithmīr (ari-ari yang terdapat di biji kurma)."

(QS Fāthir: 13)

⇛ Kalau seseorang makan kurma kemudian dia liat bijinya pada biji kurma tersebut atau di luar biji kurma tersebut ada lapisan bening berwarna putih (selaputnya) itulah yang dinamakan qithmīr.

Tidak ada yang memiliki Qithmīr, semuanya milik Allāh Subhānahu wa Ta'āla.

Kenapa?

Karena Allāh Subhānahu wa Ta'āla menciptakan seluruhnya.

Allāh Subhānahu wa Ta'āla mengatakan:

يَا أَيُّهَا النَّاسُ ضُرِبَ مَثَلٌ فَاسْتَمِعُوا لَهُ إِنَّ الَّذِينَ تَدْعُونَ مِنْ دُونِ اللَّهِ لَنْ يَخْلُقُوا ذُبَابًا وَلَوِ اجْتَمَعُوا لَهُ

"Wahai manusia, dengarkanlah! Telah dibuat perumpamaan kepada kalian, sesungguhnya sesembahan-sesembahan yang kalian sembah selain Allāh tidak akan bisa menciptakan seekor lalat, meskipun mereka bersatu padu untuk menciptakan seekor lalat."

(QS Al Hajj: 73)

⇛ Mustahil seluruh sesembahan selain Allāh Subhānahu wa Ta'āla baik malāikat ataupun dewa ataupun nabi (apalagi Nabi Īsā yang disembah oleh orang nasrani) ataupun para Jin, seandainya mereka (seluruhnya) berkumpul untuk menciptakan hewan yang sangat hina (seekor lalat) maka mereka tidak akan mampu menciptakan seekor lalat.

Oleh karenanya Allāh yang menciptakan alam semesta ini, Allāh yang menguasai alam semesta ini.

Kemudian Allāh Subhānahu wa Ta'āla dalam hadīts qudsi juga mengatakan:

فَلْيَخْلُقُوا ذَرَّةً أَوْ لِيَخْلُقُوا حَبَّةً

"Hendaknya mereka menciptakan sebuah biji."

(HR Bukhari nomor 7004, versi Fathul Bari nomor 7569 dan Muslim nomor 3947, versi Syarh Muslim nomor 2111).

Tidak ada yang bisa menciptakan sebuah biji sebagaimana biji yang di ciptakan oleh Allāh Subhānahu wa Ta'āla.

Apakah ada orang atau makhluk yang bisa menciptakan biji yang kalau ditanam ditanah kemudian tumbuh?

TIDAK ADA

Meskipun mereka menggunakan bahan kimia apapun untuk menciptakan sebuah biji yang ditanah bisa tumbuh, tidak ada, (kecuali) Allāh Subhānahu wa Ta'āla.

Ada sebagian orang membuat telur tiruan tetapi telur ini tidak bisa menetas hanya bisa di goreng saja. Walaupun dierami oleh berapa ekor ayampun tidak bisa karena ruh yang memberikannya adalah Allāh Subhānahu wa Ta'āla.

Tatkala yang menciptakan hanya Allāh maka semuanya milik Allāh Subhānahu wa Ta'āla.

Demikian pula Allāh Maha Esa dalam pengaturan.

Tidak ada yang menyertai Allāh dalam pengaturan alam semesta ini.

Barangsiapa yang meyakini ada yang mengatur selain Allāh Subhānahu wa Ta'āla, diberi hak otonomi oleh Allāh untuk mengatur sebagian alam semesta ini, maka dia telah terjerumus dalam kesyirikan.

Para malāikat yang Allāh beri tugas untuk mengatur sebagian alam (ada malāikat pengatur hujan, ada malāikat pengatur awan, ada malāikat pengatur gunung) mereka sama sekali tidak punya hak otoritas untuk mengatur gunung-gunung tersebut, TIDAK ADA.

Mereka hanya menunggu perintah dari Allāh Subhānahu wa Ta'āla. Mereka tidak punya hak otonomi dalam mengatur awan, hujan, gunung dan yang lainnya. Tetapi mereka menanti perintah dari Allāh Subhānahu wa Ta'āla.

Bagaimana lagi dengan yang selain para malāikat?

Oleh karenanya, merupakan kesyirikan orang-orang yang meyakini bahwasanya Nyi Roro Kidul mengatur pantai selatan, sehingga mereka pun menyembelih kerbau untuk diserahkan kepada Nyi Roro Kidul (kalau tidak diserahkan kepada Nyi Roro kidul maka Nyi Roro kidul akan ngamuk dan akan banyak mengambil korban).

Demikian juga yang meyakini bahwa pada gunung merapi (misalnya) ada dewa yang mengatur gunung tersebut. Kalau dia tidak menyatakan gunung akan meletus maka tidak akan meletus (ini juga merupakan kesyirikan).

Seakan-akan ada dzat lain yang ikut mengatur dalam alam semesta ini, meskipun hanya secuil dari alam semesta ini.

Yang benar, tidak ada.

Seluruh alam semesta ini semata-mata diatur oleh Allāh Subhānahu wa Ta'āla, Allāh Maha Esa dalam Rubūbiyyah-Nya.

Demikian juga Allāh Maha Esa dalam UlūhiyyahNya, tidak ada yang berhak disembah kecuali Allāh Subhānahu wa Ta'āla.

Barangsiapa yang menyembah kepada selain Allāh Subhānahu wa Ta'āla maka dia terjerumus ke dalam kesyirikan.

Yang berdo'a kepada selain Allāh, berdo'a kepada Jin, kepada malāikat, kepada wali, kepada sunan, kepada dewa, maka dia telah terjerumus ke dalam kesyirikan.

Demikian juga Allāh Maha Esa dalam nama-nama Allāh dan sifat-sifatnya, tidak ada sesuatu pun yang sifatnya sama dengan Allāh Subhānahu wa Ta'āla.



===

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

KITĀB BAHJATU QULŪBIL ABRĀR, HADĪTS 11

🌍 BimbinganIslam.com Jum’at, 04 Sya’ban 1439 H / 20 April 2018  👤 Ustadz Riki Kaptamto Lc 📗 Kitab Bahjatu Qulūbul Abrār Wa Quratu ‘Uy...