TAFSIR SURAT AL FALAQ BAGIAN 2 (ayat ke-2 sampai selesai)
السلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته
الحمد لله على إحسانه، والشكر له على توفيقه وامتنانه، وأشهد أن لا إله إلا الله وحده لا شريك له تعظيما لشأنه، وأشهد أن محمدا عبده ورسوله الداعي إلى رضوانه، اللهم صلى عليه وعلى آله وأصحابه وإخوانه
Kita lanjutkan pengajian dari tafsir Juz 'Amma, kita In syā Allāh akan mulai menafsirkan atau menyebutkan tafsiran para ulamā tentang surat Al Falaq, yaitu firman Allāh:
مِنْ شَرِّ مَا خَلَقَ
"Dari keburukan apa yang diciptakan oleh Allāh Subhānahu wa Ta'āla."
Mā (ما) disini adalah mā almaushulah, "min syarri mā khalaq".
Min syarri ladzi khalaq, dari keburukan segala sesuatu yang Allāh ciptakan.
Kita berlindung dari banyak keburukan. Banyak sekali keburukan yang bisa kita temukan di dunia ini. Bahkan keburukan bisa timbul dari orang-orang terdekat.
Oleh karenanya mā (ما) di sini adalah mā maushulah yang dalam kaidah ushul fiqih memberikan faidah keumuman yaitu dari keburukan semua ciptaan Allāh Subhānahu wa Ta'āla.
Karena terkadang ada benda-benda yang terdekat dengan kita, orang-orang terdekat dengan kita mempunyai keburukan.
Bahkan istri kita terkadang punya keburukan, kita berlindung dari keburukannya.
Disamping dia mempunyai kebaikan yang banyak, juga ada keburukannya.
Demikian juga anak-anak, terkadang mendatangkan keburukan disamping dia mendatangkan banyak kebaikan.
Kita berlindung dari keburukan-keburukan. Apalagi keburukan-keburukan benda-benda yang buruk (benda-benda yang jahat).
Kemudian kata Allāh Subhānahu wa Ta'āla:
وَمِنْ شَرِّ غَاسِقٍ إِذَا وَقَبَ
"Dan dari kejahatan malam apabila telah gelap gulita."
⇛ Ghāsiqin idzā waqab ( غَاسِقٍ إِذَا وَقَبَ), banyak tafsirannya dan diantara tafsirannya adalah "malam tatkala telah gelap gulita".
Dan memang di malam hari banyak orang yang melakukan kejahatan hingga saat ini.
Biasanya para penjahat melakukan kejahatan di malam hari (ini kebiasaan) karena di malam hari waktunya orang-orang istirahat.
Bagaimanapun usaha orang untuk bekerja di malam hari namun fitrah manusia ingin beristirahat di malam hari. Siang adalah waktu bekerja, malam waktu istirahat.
Ada sebagian orang yang membalikan perkara, yaitu siang waktunya tidur dan malam dibuat bekerja. Akan tetapi hal ini kurang normal, tidak sebagaimana kondisi yang normal yaitu seorang bekerja di siang hari dan malamnya istirahat.
Oleh karenanya, kebanyakan manusia masih beristirahat di malam hari dan pada siangnya mereka beraktifitas.
Banyak penjahat yang melakukan aktifitas mereka di malam hari, kemudian juga binatang buas sering keluar di malam hari.
Oleh karenanya kita berlindung dari kejelekan malam tatkala telah gelap gulita.
Kemudian kata Allāh Subhānahu wa Ta'āla:
وَمِنْ شَرِّ النَّفَّاثَاتِ فِي الْعُقَدِ
"Dan dari kejahatan wanita-wanita tukang sihir."
⇛ Annaffā-tsāt ( النَّفَّاثَاتِ), artinya sawāhir jamak dari syahirah, dari tiupan-tiupan tukang tiup para wanita penyihir.
⇛ Fil 'uqod ( فِي الْعُقَدِ), yang meniupkan pada buhul-buhul (nafan) kalau disertai air liur (tafal), adapun peniupan namanya nafas.
Jadi Allāh Subhānahu wa Ta'āla menjelaskan tata cara wanita-wanita penyihir tatkala melakukan sihir.
Mereka membuat buhul-buhul kemudian mereka meniupkan mantra-mantra mereka.
Dari sini sebagian ulamā atau sebagian salaf melarang meruqyah dengan cara meniup.
Mereka mengatakan, "Karena Allāh mencela rauqyahnya," yaitu ruqyah syirik dari para penyihir.
Para penyihir juga melakuan ruqyah, ruqyah yang syirik yang dengan mantra-mantra dan dengan cara meniup-niupkannya. Sehingga sebagian salaf mengatakan tidak pantas kita meruqyah dengan meniup-niup.
Akan tetapi hal ini dibantah oleh Imām Al Qurthubi rahimahullāh dalam tafsirnya.
Beliau mengatakan:
"Ada khilaf akan tetapi yang menjadi faishal (wasitnya) adalah hadīts Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam dan diriwayatkan bahwasanya Nabi meniup tatkala meruqyah."
Oleh karenanya tatkala orang meruqyah dengan membaca Al Qurān, membaca surat Al Fātihah, membaca Qul A'udzu bi Rabbil Falaq, Qul A'udzu bi Rabbinnās, Qul Huwallāhu Ahad maka dia boleh meniup setelah membacakan surat tersebut.
Kenapa disebutkan wanita-wanita penyihir?
Sampai sebagian ulamā mengatakan sihir wanita (nenek sihir) lebih jago daripada kakek sihir.
Wanita, kalau menyihir lebih hebat daripada lelaki, karena keburukan jiwa yang ada dalam wanita penyihir tersebut. Dalam masalah sihir dia lebih hebat daripada lelaki.
Kalau ada lelaki yang menyihir maka sihir wanita lebih akan hebat, sampai-sampai Allāh menyebutkan dalam Al Qurān tentang wanita-wanita penyihir.
Kemudian kata Allāh Subhānahu wa Ta'āla:
وَمِنْ شَرِّ حَاسِدٍ إِذَا حَسَدَ
"Dan dari kejahatan pendengki bila ia dengki."
Diantara makhluk Allāh yang mendatangkan kejahatan adalah orang yang hasad.
Sampai-sampai Allāh Subhānahu wa Ta'āla mengkhususkan penyebutannya dalam surat ini.
Min syarri hāsidin (dari keburukan orang yang sedang hasad), karena hasad membawa malapetaka.
Orang kalau sudah hasad, banyak perkara yang bisa dilakukan.
Oleh karenanya dosa yang pertama kali dilakukan di langit adalah karena hasad, yaitu tatkala iblis hasad kepada Ādam 'alayhissalām.
Allāh perintahkan Iblis untuk sujud kepada Ādam, maka diapun hasad (tidak mau) dia mengatakan:
أَنَا خَيْرٌ مِنْهُ ۖ خَلَقْتَنِي مِنْ نَارٍ وَخَلَقْتَهُ مِنْ طِينٍ
"Yā Allāh, aku lebih hebat dari pada dia, kenapa aku harus sujud kepada dia? Engkau ciptakan aku dari api, dan Engkau ciptakan dia dari tanah."
(QS Al A'rāf: 12)
Karena hasadnya Iblīs, dia tidak mau sujud kepada Ādam.
Tatkala Allāh memvonis iblis masuk ke dalam neraka Jahannam, dia mengatakan, "Tidak mengapa, yang penting saya (Iblīs) tidak mau sujud kepada Ādam."
Kemudian karena hāsadnya juga, dia ingin seluruh keturunan anak Ādam masuk dalam neraka juga.
Dia tidak berpikir bagaimana supaya keluar dari Neraka, TIDAK.
Namun karena hāsad dia ingin seluruh anak keturunan Ādam ikut serta bersama dia di dalam neraka Jahannam.
Iblīs tidak ingin baik seperti Ādam, tidak. Iblīs tidak ingin selamat seperti Ādam di Surga.
Tetapi dia (Iblīs) ingin seluruh anak Ādam ikut serta bersama dia (Iblīs) dalam keburukan yaitu di siksa oleh Allāh Subhānahu wa Ta'āla.
Iblīs bersumpah:
لَأُغْوِيَنَّهُمْ أَجْمَعِينَ
"Saya akan menyesatkan sungguh-sungguh, akan menyesatkan mereka seluruhnya (semua menjadi target Iblīs tanpa kecuali, tidak ada yang selamat)."
إِلَّا عِبَادَكَ مِنْهُمُ الْمُخْلَصِينَ
"Kecuali hamba-hamba-Mu (ya Allāh) yang Ikhlāsh (itu yang selamat dari godaanku)."
(QS Al Hijr: 39-40)
Adapun yang tidak Ikhlāsh tidak akan selamat karena terlalu banyak jalan yang akan dibentangkan oleh iblīs sehingga membuat manusia terjerumus.
Kenapa? Gara-gara hasad.
Demikian juga dosa yang pertama kali terjadi di atas muka bumi juga karena hasad, yaitu Habil dan Qabil.
فَتُقُبِّلَ مِنْ أَحَدِهِمَا وَلَمْ يُتَقَبَّلْ مِنَ الْآخَرِ قَالَ لَأَقْتُلَنَّكَ
(QS Al Maidah: 27)
Tatkala mereka memberikan kurban kepada Allāh Subhānahu wa Ta'āla ternyata kurbannya Habil diterima dan kurbannya Qabil tidak diterima.
Maka diapun (Qabil) hasad mengatakan:
قَالَ لَأَقْتُلَنَّكَ
"Aku akan membunuh engkau."
Hāsad ini membuat banyak bencana, orang nekad membunuh gara-gara hasad, gara-gara dengki.
Oleh karenanya, Allāh khususkan penyebutan hasad dalam ayat ini karena berbahaya (bahaya orang hasad).
Tidak ada yang selamat dari orang yang hasad, siapapun bisa dihasadi.
√ Dokter bisa dihasadi.
√ Ustadz juga ada yang hasad kepadanya.
√ Tukang becak ada yang hasad diantara mereka.
Masing-masing punya teman-teman yang akan menghasadi dia.
Tatkala dia diberi kenikmatan oleh Allāh Subhānahu wa Ta'āla maka pasti akan ada yang hasad.
Oleh karenanya saya ingatkan, kalau antum diberi kenikmatan, memang Allāh mengatakan:
وَأَمَّا بِنِعْمَةِ رَبِّكَ فَحَدِّث
"Adapun nikmat Rabbmu, maka sebut-sebutlah."
(QS Adh Dhuha: 11)
Akan tetapi sebutlah di depan orang yang amanah, orang yang antum tahu dia mencintai antum. Bukan antum ceritakan kemana-mana (pamer-pamer) karena akan ada orang yang hasad.
Tidak semua kenikmatan yang kita miliki kita pamerkan kepada banyak orang, tetapi kita ucapkan dengan bentuk umum, kita mengatakan, "Alhamdulillāh, Allāh senantiasa berikan anugerah kepadaku."
Oleh karenanya, tidak kepada semua orang kita bercerita tentang kebaikan atau anugerah atau rejeki yang kita dapat, kecuali kepada orang-orang yang menurut kita amanah. Maka boleh kita ceritakan, karena hasad ini sangat berbahaya.
Dan orang yang hasad adalah orang yang sangat menderita.
Dia tidak akan terlepas dari penderitaannya kecuali orang yang dia hasadi tersebut celaka (baru dia tentram/bahagia). Selama orang tersebut dijaga oleh Allāh dan terus diberi kenikmatan oleh Allāh, semakin bertambah kenikmatannya, maka dia semakin tersiksa dan tersiksa.
Demikianlah orang yang hasad.
Ditranskrip oleh Tim Transkrip BiAS
Tidak ada komentar:
Posting Komentar