Kamis, 21 Februari 2013

Analisis Kerentanan Kerusakan Terumbu Karang di Perairan Kepulauan Karimunjawa Dengan Bantuan Sistem Informasi Geografis (Sig)


Analisis Kerentanan Kerusakan Terumbu Karang di Perairan Kepulauan Karimunjawa Dengan Bantuan Sistem Informasi Geografis (Sig)

           
Indonesia merupakan negara maritim dan bahari karena memiliki lautan yang sangat luas. Di dalam lautannya, tersimpan hamparan terumbu karang yang sangat luas, yaitu 42.000 km2, terluas nomor dua di dunia setelah Australia.
Area terumbu karang merupakan wilayah yang sangat vital bagi kehidupan biota laut, misalnya sebagai tempat mencari makan, memijah, pengasuhan, dan reproduksi.
Sayangnya, terumbu karang mulai banyak mengalami kerusakan. Kegiatan sosial ekonomi manusia adalah faktor utama yang sangat mengancam keberlangsungan hidup terumbu karang di Indonesia. Seperti yang terjadi di Kepulauan Karimunjawa, yaitu peningkatan kelas karang mati dari 10.843 km2 pada tahun 1999 menjadi 13.104 km2 (LAPAN dalam Kusuma, 2001).
Kerusakan terumbu karang terus bertambah akibat ketidakseriusan aparat penegak hukum dan lemahnya sistem perangkat hukum (Kompas, 5 Oktober 2001). Tidak ada sanksi yang tegas bagi masyarakat yang melakukan eksploitasi ikan secara berlebihan dan tidak ramah lingkungan, serta telah menggangu ekosistem terumbu karang. Sebanyak 65% dari kerusakan yang terjadi dipicu oleh eksploitasi ikan yang berlebihan pada daerah terumbu karang (Lauretta Burke, Elizabeth Selig, dan Mark Spalding 2001). Oleh karena itu, perlu dilakukan pengelolaan yang tepat sebagai antisipasi terhadap kemungkinan ancaman kepunahan terumbu karang.
Secara keruangan, area terumbu karang dapat diklasifikasikan tingkat kerentanannnya berdasarkan posisi dan besarnya stressor. Klasifikasi ini merupakan dasar dalam pengelolaan dan tindakan preventif dalam mencegah kerusakan terumbu karang lebih lanjut.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menentukan tingkat kerentanan kerusakan terumbu karang di Perairan Kepulauan Karimunjawa.
Penelitian ini menggunakan pendekatan keruangan dengan teknik analisis peta Sistem Informasi Geografis. Data-data yang dikumpulkan berupa data-data sekunder berupa peta; hasil wawancara dari key person yang terdiri dari tokoh masyarakat dan petugas Balai Taman Nasional Kaimunjawa; serta dilakukan observasi mengenai jarak dan ukuran kota, ukuran dan keberadaan lapangan terbang, pusat wisata da selam, jarak dan ukuran pelabuhan, jumlah penduduk dan, jenis alat penangkap ikan. Penelitian ini juga menggunakan berbagai alat seperti Peta Perairan Kepulauan Karimunjawa, seperangkat PC, dan Receiver GPS (Global Positioning System).
Analisis kerentanan kerusakan terumbu karang dilakukan dengan cara pengharkatan untuk menetapkan indeks kerentanannya. Pengharkatan dilakukan berdasarkan faktor jarak dan ukuran kota, ukuran dan keberadaan lapangan terbang, pusat wisata dan selam, jarak dan ukuran pelabuhan, ancaman jumlah penduduk, serta ancaman penangkapan ikan yang digunakan.
Dari penelitian ini, disimpulkan bahwa terdapat enam stressor utama yang mengancam terumbu karang antara lain: pelabuhan, bandara, pusat selam, wisata pantai, penduduk, dan alat tangkap.
Sebanyak 69,50% dari seluruh luasan terumbu karang di daerah penelitian dalam kondisi tidak rentan, yaitu terdapat pada pulau-pulau kecildengan tingkat aktivitas sosial ekonomi kecil. Sedangkan 30,50% terklasifikasi cukup rentan, terdapat pada perairan dengan aktivitas penduduk tinggi, yaitu di Pulau Kemujan, Pulau Karimunjawa, Pulau Menjangan Besar, dan Pulau Menjangan Kecil.
Walau hanya ada 30,50% terumbu karang yang terklasifikasi cukup rentan, tetapi kondisi sebenarnya di lapangan sudah terdapat kerusakan pada tutupan terumbu karang pada masing-masing pulau dengan luasan antara 5-45% dari total luasan masing-masing pulau.

Pendapat pribadi:
Terumbu karang merupakan media yang vital bagi pertumbuhan dan perkembangan biota laut. Oleh karena itu, kelestaraian terumbu karang perlu dijaga. Semua pihak harus berkontribusi dalam pelestarian ini. Pemerintah seharusnya memiliki sanksi yang diberlakukan secara tegas, adil, dan jujur. Masyarakat perlu menyadari betapa bermanfaatnya terumbu karang sebagai lokasi pertumbuhan ikan yang setiap saat bisa di panen tersebut dan mematuhi hukum-hukum yang berlaku.
Referensi:
(Jumadi Kuswaji Dwi Priyono), Forum Geografi, Vol. 19, No. 1, Juli 2005: 67-80

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

KITĀB BAHJATU QULŪBIL ABRĀR, HADĪTS 11

🌍 BimbinganIslam.com Jum’at, 04 Sya’ban 1439 H / 20 April 2018  👤 Ustadz Riki Kaptamto Lc 📗 Kitab Bahjatu Qulūbul Abrār Wa Quratu ‘Uy...