Kabupaten
Magelang
Perkembangan
infrastruktur di suatu wilayah dapat digunakan sebagai indikator apakah wilayah
tersebut tergolong desa atau kota. Desa adalah wilayah yang belum atau sedikit
mengalami pembangunan infrastruktur. Sedangkan kota adalah wilayah yang telah
mengalami banyak pembangunan, walau sering kali tidak disertai dengan tata kota
yang baik.
Kabupaten
Magelang masih berstatus sebagai perdesaan. Hal ini tercermin oleh pembangunan
infrastruktur yang belum maksimal dan berjalan lambat. Walaupun di beberapa
lokasi telah mengalami pembangunan yang pesat dan menuju ke arah modernisasi,
Kabupaten Magelang tetap berstatus sebagai perdesaan karena wilayah lahan
terbangun tersebut prosentasenya masih sangat kecil apabila dibandingkan dengan
luas Kabupaten Magelang secara keseluruhan. Contoh wilayah yang terbangun
adalah di sekitar Kecamatan Blabak yang dibangun mall Armada Town Square pada
tahun 2011.
Berdasarkan
indikator perkembangan infrastruktur kesehatan, Kabupaten Magelang tergolong
desa. Dibandingkan dengan jumlah penduduknya yang sangat banyak, infrastruktur
di bidang kesehatan masih sangat minim karena operasionalnya masih didominasi
puskesmas-puskesmas kecil dan beberapa rumah sakit kecil yang apabila terdapat
pasien yang menderita penyakit kronis harus dirujuk ke rumah sakit di daerah
lain yang infrastruktur kesehatannya lebih baik dan memadai.
Transportasi
didukung oleh kendaraan tradisional yang bersaing dengan kendaraan umum dan
kendaraan pribadi bermesin. Di perdesaan, kendaraan tradisional masih eksis
meramaikan dunia transportasi seperti yang terjadi di Kabupaten Magelang.
Masyarakat masih setia naik andong (dokar) untuk bepergian. Andong biasanya
mangkal di pasar-pasar tradisional untuk mengangkut orang yang berangkat dan
pulang dari pasar serta mengangkut barang-barang belanjaan yang biasanya cukup
banyak. Selain andong, di Kabupaten Magelang masih terdapat alat transportasi
tradisional lain yaitu becak yang menggunakan tenaga manusia. Alat transportasi
tradisional tersebut memakan waktu yang lama dalam menjangkau lokasi tujuan
sehingga peminatnya didominasi oleh orang-orang tua dan wisatawan. Hal ini
terjadi karena tersedia alat transportasi lain seperti ojek, mobil angkutan
umum, dan bus yang dapat mengantar penumpang ke lokasi tujuan lebih cepat dan
dengan biaya yang relatif sama. Namun ada pula beberapa desa yang tidak
dilewati angkutan umum sehinga warganya banyak yang memakai kendaraan pribadi
atau berjalan kaki. Secara keseluruhan, akses mobilitas masyarakat cukup
rendah, sehingga transportasi tidak begitu padat. Akses ke seluruh pelosok
kabupaten cukup ditempuh dengan jalan darat sehingga tidak tersedia stasiun
kereta ataupun bandara.
Masyarakat
Magelang memiliki aktivitas ekonomi yang dapat diurutkan dari yang paling
mendominasi sebagai berikut:
1.
Pertanian
Kegiatan masyarakat
didominasi oleh kegiatan primer, yaitu pertanian. Kegiatan agraria ini sangat
dipengaruhi oleh alam seperti iklim, keadaan alam, kekayaan alam, bencana,
hama, penyakit, musim, dan kekeringan. Kegiatan pertanian
ini biasanya dalam skala usaha yang kecil.
Kegiatan bertani tidak
hanya mencakup bercocok tanam, tetapi juga beternak hewan. Masyarakat Magelang
banyak memelihara hewan seperti sapi dan kambing karena di wilayah tersebut
banyak terdapat rerumputan yang tumbuh subur. Namun demikian, kegiatan
peternakan ini hanya dalam skala kecil, misalnya hanya memelihara seekor sapi
betina saja yang bisa hamil dengan disuntik sperma.
Dampak kegiatan
pertanian yang dilakukan masyarakat Magelang adalah habisnya hutan yang hijau.
Banyak dilakukan pembukaan hutan untuk digunakan sebagai sawah atau kebun. Hal
ini menyebabkan resapan air semakin sedikit, terbukti oleh suplai air di
sumur-sumur yang semakin menipis saat kemarau. Selain itu, pembukaan lahan di
daerah pegunungan atau perbukitan dapat menyebabkan longsor.
Dampak kegiatan
pertanian dan peternakan terhadap aspek sosial pada masyarakat perdesaan ini
adalah terjaganya tradisi gotong-royong. Petani saling membantu ketika tetangga
atau kerabatnya sedang menenam benih, merawat tanaman, hingga kegiatan
panennya. Ada masyarakat yang memiliki ternak, tetapi tidak sempat merawatnya,
maka ia akan meminta orang lain untuk merawat ternaknya, kemudian hasil dari
peranakan ternak tersebut akan dibagi antara pemilik dan perawat dengan
perbandingan tertentu sesuai perjanjian di antara keduanya. Perjanjian tersebut
hanya berasaskan rasa saling percaya.
Dampak kegiatan
pertanian dan peternakan di bidang ekonomi cukup besar. Pendapatan masyarakat
Magelang yang paling besar berasal dari sektor ini. Hasil pertanian sebagian
besar dijual di pasar-pasar tradisional dan dibeli oleh warga sekitar. Dengan
demikian, petani mendapat laba yang besar akibat jarak tempuh ke pasar cukup
dekat sehingga mengurangi ongkos kirim. Masyarakat sekitar juga diuntungkan
karena memperoleh barang yang masih segar dan murah. Namun hal itu tidak
berjalan sepenuhnya karena adanya tengkulak. Biasanya tengkulak ini berani
memberi harga bagi tanaman yang belum dipanen. Harga yang ditawarkan tergolong
tinggi pada saat itu, tetapi akan terasa murah dikemudian hari. Ini terjadi
akibat para tengkulak memiliki berbagai strategi yang dapat meningkatkan daya
jual seperti dengan menimbun hasil peranian yang dapat bertahan lama dan
menjualnya dengan harga yang tinggi setelah barang tersebut langka. Ada pula
petani yang tidak mau repot membawa hasil pertaniannya ke pasar. Mereka lebih
memilih untuk menjual hasil panennya kepada tengkulak yang mendatangi rumahnya.
Dengan demikian, petani tersebut tidak akan mengeluarkan biaya lagi.
2.
Perdagangan
Kegiatan perekonomian memusat pada
suatu titik, misalnya di Muntilan, Blabak, dan sepanjang Jalan Pemuda. Hal ini
terjadi karena di tempat tersebut banyak orang keturuan China yang berjualan
aneka kebutuhan hidup. Semakin lama, wilayah tersebut semakin berkembang dan
menyebabkan perputaran uang yang cepat dalam jumlah yang besar.
Namun, sebagian besar pusat
perekonomian di Kabupaten Magelang ini berupa pasar tradisional. Lingkungan
pasar ini dihuni oleh pedagang-pedagang yang sebagian besar berpendidikan rendah.
Oleh karena itu, kepedulian mereka
terhadap lingkungan pasar sangat rendah. Mereka membuang sayur busuk dan
sampah-sampah lainnya di selokan. Sehingga saat hujan pasar-pasar tersebut
langsung banjir sekitar sepuluh centimeter.
3.
Pertambangan
Di Kabupaten Magelang
terdapat pasir yang melimpah. Pasir-pasir itu merupakan kiriman dari Gunung
Merapi yang mengalir di sungai-sungai dalam bentuk lahar dingin. Dengan
demikian, masyarakat banyak yang berprofesi sebagai penambang pasir. Namun
pertambangan pasir ini dikuasi oleh orang-orang yang bermodal. Warga sekitar
hanya mengumpulkan pasir dari sekitar sungai, lalu memasukkannya secara manual
dengan tenaga manusia ke dalam truk-truk milik tengkulak. Sehingga pendapatan
yang diperoleh kecil apabila dibandingkan dengan harga pasir yang telah sampai
di kota-kota.
Kegiatan pertambangan
ini dilakukan di sungai-sungai. Namun lama-kelamaan persediaan pasir di sungai
akan habis apabila diambil setiap hari. Seperti yang terjadi sebelum letusan
merapi yang terakhir, banyak masyarakat yang melakukan penambangan pasir di
lokasi yang radiusnya cukup dekat dengan Gunung Merapi. Hal ini dapat
menyebabkan timbulnya longsor.
4.
Industri kecil
Di kabupaten Magelang
juga berkembang berbagai industri kecil rumahan yang sedang berkembang. Hasil
produksinya berupa barang yang proses produksinya masih sederhana seperti
makanan dan pakaian. Untuk industri yang menggunakan teknologi dan menghasilkan
benda yang bermesin, di daerah Magelang belum ada.
Kegiatan industri kecil
rumahan ini biasanya dirintis oleh seseorang yang dibantu keluarganya. Setelah
mengalami perkembangan dan membutuhkan tenaga kerja tambahan, pemilik industri
tersebut biasanya akan merekrut sanak saudaranya dan tetangga-tetangganya. Hal
ini akan meningkatkan penghasilan masyarakat sekitar.
Barang yang diproduksi
adalah makanan, pakaian, dan kerajinan sederhana. Tidak ada limbah berbahaya yang
dihasilkan dari industri-industri tersebut, sehingga industri kecil di
Kabupaten Magelng tergolong ramah lingkungan.
5.
Pariwisata
Kabupaten Magelang memiliki potensi
wisata yang bagus. Kabupaten Magelang adalah sebuah lembah yang dikelilingi
bukit-bukit dan gunung-gunung yang membentuk lingkaran raksasa. Banyak terdapat
tempat wisata seperti Ketep Pass, Hotel Amanjiwo, Candi Borobudur, Candi
Mendud, Candi Ngawen, dan mata air yang digunakan untuk kolam renang dan
pemandian. Suhu udaranya pun sejuk sehingga membuat wisatawan betah
berlama-lama di tempat tersebut. Sayangnya, potensi pariwisata ini tidak
dikembangkan dan dirawat dengan baik akibat minimnya pengetahuan masyarakat
sekitar. Masyarakat masih berfikir pendek sekedar memperoleh laba, tetapi tidak
memilirkan bagaimana cara pelestarian dan pengembangannya.
Dari segi sosial ekonomi, aspek
pariwisata ini banyak membutuhkan tenaga kerja seperti pengelola dan guide.
Dengan demkian, masyarakat sekitar akan terberdayakan. Tetapi tidak jarang
muncul pekerja dari daerah lain. Hal ini terjadi karena beberapa masyarakat
Kabupaten Magelang memiliki daya saing yang rendah.
Dari segi fisik, kegiatan pariwisata
di Kabupaten Magelang masih tergolong ramah lingkungan. Dengan dijadikan
sebagai tempat pariwisata, maka tempat tempat tersebut akan dirawat dengan
baik. Akan tetapi, dengan munculnya kegiatan pariwisata tersebut, muncul
pembangunan yang berlebihan. Misalnya pembangunan vila-vila di Kecamatan
Sawangan (dekat Gunung Merapi) yang dapat mengurangi jumlah hutan yang ada.
Dengan demikian, peluang terjadi longsor menjadi besar. Ketersediaan mata air
pun menjadi berkurang. Jadi dapat disimpulkan bahwa kegitan pariwisata di
Kabupaten Magelang ada yang menguntungkan dan ada pula yang merugikan dari segi
lingkungan.
Dengan
demikian, areal tanah di Kabupaten Magelang banyak dimanfaatkan untuk bertani
dan penambangan, sisanya untuk pemukiman, dan sebagian kecil untuk kegiatan
pemerintahan dan penyedia jasa.
Pendapatan
masyarakat masih tergolong kecil, sehingga Kabupaten Magelang didominasi oleh
kalangan menengah ke bawah. Jumlah dan arus perputaran uang di desa relatif kecil
dan lambat.
Banyak
warga yang berpendidikan rendah. Prosentase kalangan terdidik masih sangat
kecil apabila dibandingkan dengan seluruh penduduk yang ada. Infrastruktur
pendidikan mulai dari play group hingga universitas telah tersedia di Kabupaten
Magelang. Akan tetapi, pemikiran masyarakat masih tradisional dan kurang
memprioritaskan pendidikan. Hal itu didorong oleh mahalnya biaya pendidikan.
Selain itu, kualitas layanan pendidikan di Kabupaten Magelang juga belum
maksimal, masih banyak sekolah yang belum memiliki standar SSN (Sekolah Standar
Nasional).
Akibat
banyak pemuda yang tidak melanjutkan sekolah (biasanya hanya tamat SMA), maka banyak
terjadi kawin muda. Walau begitu, kepadatan penduduk terhadap wilayah Kabupaten
Magelang masih tergolong rendah. Hal ini terjadi karena masih banyak areal
kosong yang saat ini dimanfaatkan untuk bertani.
Ketertarikan
masyarakat tentang ilmu pengetahuan dan dunia luar masih sangat minim. Hal ini
tercermin dari kebiasaan masyarakat yang lebih suka menonton sinetron dari pada
menonton berita nasional dan internasional. Masyarakat yang berlangganan koran
dan majalah pun masih sangat sedikit, hal ini sangat berbeda jauh dengan
masyarakat-masyarakat kota yang berlangganan koran ataupun majalah secara
bulanan. Biasanya masyarakat desa membeli koran atau media massa lain secara
eceran di agen-agen atau dari para pedagang asongan. Hal itu pun hanya
dilakukan pada saat-saat tertentu (tidak membeli setiap hari).
Masyarakat
Kabupaten Magelang masih cukup terbelakang dari pengaruh perkembangan teknologi.
Walau demikian, masyarakat telah banyak menggunakan alat-alat elektronik
seperti masyarakat kota. Tetapi masyarakat Kabupaten Magelang ini hanya
sekerdar pengguna dan menjadi tempat pemasaran berbagai macam produk. Karena
hanya merupakan pengguna, maka sering terjadi penyalahgunaan dalam
penggunaannya, misalnya handphone
mewah yang hanya digunakan untuk mengirim ribuan sms yang tidak penting.
Kegiatan
telekomunikasi di Kabupaten Magelang sudah berkembang dengan baik. Sebagian besar
masyarakat dewasa memiliki dan tahu cara menggunakan handphone. Kegiatan
telekomunikasi di sosial media seperti facebook dan twitter sering
disalahgunakan untuk hal-hal yang tidak penting dan menimbulkan kemalasan
karena masyarakat desa tidak paham kegunaan sosial media tersebut yang
sebenarnya. Di kota-kota di luar negeri dan sebagian kecil kota di Indonesia,
masyarakat menggunakan sosial media tersebut untuk menjalin silaturahmi dengan
keluarga, menjalin komunikasi dalam organisasi atau forum yang bermanfaat bagi
khalayak. Wajar jika terjadi kesalahan dalam panggunaan media sosial oleh
masyarakat desa karena mereka hanya pengguna yang terpercik arus globalisasi
dari kota. Arus globalisasi tersebut bersumber dari negara-negara maju seperti
Jepang, Korea, Rusia, Amerika, lalu merembet ke negara-negara lain, dan masuk
ke Indonesia terutama ke kota-kota, kemudian barulah masuk ke desa-desa dan
daerah terpencil lainnya.
Tradisi
dan kebudayaan terjaga dengan baik di dalam kehidupan masyarakat perdesaan.
Masyarakat saling mengenal antara yang satu dengan yang lainnya. Orang miskin
dan orang kaya hidup menyatu dan berdampingan.Sosial-budaya masyarakat desa
bersifat homogen dan hampir semua warganya masih ada ikatan persaudaraan. Kesopanan
dan tatrakama terhadap orang yang lebih tua masih sangat kental, misalnya
berbicara dengan menggunakan basa krama.
Kegiatan gotong royong masih mengakar kuat dalam jiwa masyarakat, misalnya saat
seorang masyarakat membangun rumah, tetangganya akan berdatangan untuk
membantu. Rasa kekeluargaan antarmasyarakat masih terjaga dengan baik.
Masyarakat
perdesaan di Kabupaten Magelang lebih suka berinvestasi dalam wujud tanah dan
emas dari pada investasi atau menabung di bank. Hal ini terjadi karena
masyarakat masih berpikir secara tradisional dan tdak mengetahui berbagai kelebihan
dan keuntungan yang didapat dari investasi dan menabung di bank. Selain itu
masyarakat desa juga masih awam dengan kegiatan investasi dan cara menjalankannya.
Dengan
demikian, dapat ditarik kesimpulan bahwa Kabupaten Magelang tergolong desa
karena:
1.
Infrastruktur yang belum terbangun
dengan baik.
2.
Kegiatan ekonomi yang paling utama
adalah bertani.
3.
Minat terhadap pendidikan dan ilmu
pengetahuan tergolong rendah.
4.
Kegiatan transportasi masih berbau
tradisional.
5.
Masyarakat masih sangat lekat dengan
tradisi dan kebudayaan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar