Kamis, 21 Februari 2013

Kabupaten Magelang


Kabupaten Magelang
Perkembangan infrastruktur di suatu wilayah dapat digunakan sebagai indikator apakah wilayah tersebut tergolong desa atau kota. Desa adalah wilayah yang belum atau sedikit mengalami pembangunan infrastruktur. Sedangkan kota adalah wilayah yang telah mengalami banyak pembangunan, walau sering kali tidak disertai dengan tata kota yang baik.
Kabupaten Magelang masih berstatus sebagai perdesaan. Hal ini tercermin oleh pembangunan infrastruktur yang belum maksimal dan berjalan lambat. Walaupun di beberapa lokasi telah mengalami pembangunan yang pesat dan menuju ke arah modernisasi, Kabupaten Magelang tetap berstatus sebagai perdesaan karena wilayah lahan terbangun tersebut prosentasenya masih sangat kecil apabila dibandingkan dengan luas Kabupaten Magelang secara keseluruhan. Contoh wilayah yang terbangun adalah di sekitar Kecamatan Blabak yang dibangun mall Armada Town Square pada tahun 2011.
Berdasarkan indikator perkembangan infrastruktur kesehatan, Kabupaten Magelang tergolong desa. Dibandingkan dengan jumlah penduduknya yang sangat banyak, infrastruktur di bidang kesehatan masih sangat minim karena operasionalnya masih didominasi puskesmas-puskesmas kecil dan beberapa rumah sakit kecil yang apabila terdapat pasien yang menderita penyakit kronis harus dirujuk ke rumah sakit di daerah lain yang infrastruktur kesehatannya lebih baik dan memadai.
Transportasi didukung oleh kendaraan tradisional yang bersaing dengan kendaraan umum dan kendaraan pribadi bermesin. Di perdesaan, kendaraan tradisional masih eksis meramaikan dunia transportasi seperti yang terjadi di Kabupaten Magelang. Masyarakat masih setia naik andong (dokar) untuk bepergian. Andong biasanya mangkal di pasar-pasar tradisional untuk mengangkut orang yang berangkat dan pulang dari pasar serta mengangkut barang-barang belanjaan yang biasanya cukup banyak. Selain andong, di Kabupaten Magelang masih terdapat alat transportasi tradisional lain yaitu becak yang menggunakan tenaga manusia. Alat transportasi tradisional tersebut memakan waktu yang lama dalam menjangkau lokasi tujuan sehingga peminatnya didominasi oleh orang-orang tua dan wisatawan. Hal ini terjadi karena tersedia alat transportasi lain seperti ojek, mobil angkutan umum, dan bus yang dapat mengantar penumpang ke lokasi tujuan lebih cepat dan dengan biaya yang relatif sama. Namun ada pula beberapa desa yang tidak dilewati angkutan umum sehinga warganya banyak yang memakai kendaraan pribadi atau berjalan kaki. Secara keseluruhan, akses mobilitas masyarakat cukup rendah, sehingga transportasi tidak begitu padat. Akses ke seluruh pelosok kabupaten cukup ditempuh dengan jalan darat sehingga tidak tersedia stasiun kereta ataupun bandara.
Masyarakat Magelang memiliki aktivitas ekonomi yang dapat diurutkan dari yang paling mendominasi sebagai berikut:
1.      Pertanian
Kegiatan masyarakat didominasi oleh kegiatan primer, yaitu pertanian. Kegiatan agraria ini sangat dipengaruhi oleh alam seperti iklim, keadaan alam, kekayaan alam, bencana, hama, penyakit, musim, dan kekeringan. Kegiatan pertanian ini biasanya dalam skala usaha yang kecil.
Kegiatan bertani tidak hanya mencakup bercocok tanam, tetapi juga beternak hewan. Masyarakat Magelang banyak memelihara hewan seperti sapi dan kambing karena di wilayah tersebut banyak terdapat rerumputan yang tumbuh subur. Namun demikian, kegiatan peternakan ini hanya dalam skala kecil, misalnya hanya memelihara seekor sapi betina saja yang bisa hamil dengan disuntik sperma.
Dampak kegiatan pertanian yang dilakukan masyarakat Magelang adalah habisnya hutan yang hijau. Banyak dilakukan pembukaan hutan untuk digunakan sebagai sawah atau kebun. Hal ini menyebabkan resapan air semakin sedikit, terbukti oleh suplai air di sumur-sumur yang semakin menipis saat kemarau. Selain itu, pembukaan lahan di daerah pegunungan atau perbukitan dapat menyebabkan longsor.
Dampak kegiatan pertanian dan peternakan terhadap aspek sosial pada masyarakat perdesaan ini adalah terjaganya tradisi gotong-royong. Petani saling membantu ketika tetangga atau kerabatnya sedang menenam benih, merawat tanaman, hingga kegiatan panennya. Ada masyarakat yang memiliki ternak, tetapi tidak sempat merawatnya, maka ia akan meminta orang lain untuk merawat ternaknya, kemudian hasil dari peranakan ternak tersebut akan dibagi antara pemilik dan perawat dengan perbandingan tertentu sesuai perjanjian di antara keduanya. Perjanjian tersebut hanya berasaskan rasa saling percaya.
Dampak kegiatan pertanian dan peternakan di bidang ekonomi cukup besar. Pendapatan masyarakat Magelang yang paling besar berasal dari sektor ini. Hasil pertanian sebagian besar dijual di pasar-pasar tradisional dan dibeli oleh warga sekitar. Dengan demikian, petani mendapat laba yang besar akibat jarak tempuh ke pasar cukup dekat sehingga mengurangi ongkos kirim. Masyarakat sekitar juga diuntungkan karena memperoleh barang yang masih segar dan murah. Namun hal itu tidak berjalan sepenuhnya karena adanya tengkulak. Biasanya tengkulak ini berani memberi harga bagi tanaman yang belum dipanen. Harga yang ditawarkan tergolong tinggi pada saat itu, tetapi akan terasa murah dikemudian hari. Ini terjadi akibat para tengkulak memiliki berbagai strategi yang dapat meningkatkan daya jual seperti dengan menimbun hasil peranian yang dapat bertahan lama dan menjualnya dengan harga yang tinggi setelah barang tersebut langka. Ada pula petani yang tidak mau repot membawa hasil pertaniannya ke pasar. Mereka lebih memilih untuk menjual hasil panennya kepada tengkulak yang mendatangi rumahnya. Dengan demikian, petani tersebut tidak akan mengeluarkan biaya lagi.
2.      Perdagangan
Kegiatan perekonomian memusat pada suatu titik, misalnya di Muntilan, Blabak, dan sepanjang Jalan Pemuda. Hal ini terjadi karena di tempat tersebut banyak orang keturuan China yang berjualan aneka kebutuhan hidup. Semakin lama, wilayah tersebut semakin berkembang dan menyebabkan perputaran uang yang cepat dalam jumlah yang besar.
Namun, sebagian besar pusat perekonomian di Kabupaten Magelang ini berupa pasar tradisional. Lingkungan pasar ini dihuni oleh pedagang-pedagang yang sebagian besar berpendidikan rendah. Oleh karena itu, kepedulian  mereka terhadap lingkungan pasar sangat rendah. Mereka membuang sayur busuk dan sampah-sampah lainnya di selokan. Sehingga saat hujan pasar-pasar tersebut langsung banjir sekitar sepuluh centimeter.
3.      Pertambangan
Di Kabupaten Magelang terdapat pasir yang melimpah. Pasir-pasir itu merupakan kiriman dari Gunung Merapi yang mengalir di sungai-sungai dalam bentuk lahar dingin. Dengan demikian, masyarakat banyak yang berprofesi sebagai penambang pasir. Namun pertambangan pasir ini dikuasi oleh orang-orang yang bermodal. Warga sekitar hanya mengumpulkan pasir dari sekitar sungai, lalu memasukkannya secara manual dengan tenaga manusia ke dalam truk-truk milik tengkulak. Sehingga pendapatan yang diperoleh kecil apabila dibandingkan dengan harga pasir yang telah sampai di kota-kota.
Kegiatan pertambangan ini dilakukan di sungai-sungai. Namun lama-kelamaan persediaan pasir di sungai akan habis apabila diambil setiap hari. Seperti yang terjadi sebelum letusan merapi yang terakhir, banyak masyarakat yang melakukan penambangan pasir di lokasi yang radiusnya cukup dekat dengan Gunung Merapi. Hal ini dapat menyebabkan timbulnya longsor.
4.      Industri kecil
Di kabupaten Magelang juga berkembang berbagai industri kecil rumahan yang sedang berkembang. Hasil produksinya berupa barang yang proses produksinya masih sederhana seperti makanan dan pakaian. Untuk industri yang menggunakan teknologi dan menghasilkan benda yang bermesin, di daerah Magelang belum ada.
Kegiatan industri kecil rumahan ini biasanya dirintis oleh seseorang yang dibantu keluarganya. Setelah mengalami perkembangan dan membutuhkan tenaga kerja tambahan, pemilik industri tersebut biasanya akan merekrut sanak saudaranya dan tetangga-tetangganya. Hal ini akan meningkatkan penghasilan masyarakat sekitar.
Barang yang diproduksi adalah makanan, pakaian, dan kerajinan sederhana. Tidak ada limbah berbahaya yang dihasilkan dari industri-industri tersebut, sehingga industri kecil di Kabupaten Magelng tergolong ramah lingkungan.
5.      Pariwisata
Kabupaten Magelang memiliki potensi wisata yang bagus. Kabupaten Magelang adalah sebuah lembah yang dikelilingi bukit-bukit dan gunung-gunung yang membentuk lingkaran raksasa. Banyak terdapat tempat wisata seperti Ketep Pass, Hotel Amanjiwo, Candi Borobudur, Candi Mendud, Candi Ngawen, dan mata air yang digunakan untuk kolam renang dan pemandian. Suhu udaranya pun sejuk sehingga membuat wisatawan betah berlama-lama di tempat tersebut. Sayangnya, potensi pariwisata ini tidak dikembangkan dan dirawat dengan baik akibat minimnya pengetahuan masyarakat sekitar. Masyarakat masih berfikir pendek sekedar memperoleh laba, tetapi tidak memilirkan bagaimana cara pelestarian dan pengembangannya.
Dari segi sosial ekonomi, aspek pariwisata ini banyak membutuhkan tenaga kerja seperti pengelola dan guide. Dengan demkian, masyarakat sekitar akan terberdayakan. Tetapi tidak jarang muncul pekerja dari daerah lain. Hal ini terjadi karena beberapa masyarakat Kabupaten Magelang memiliki daya saing yang rendah.
Dari segi fisik, kegiatan pariwisata di Kabupaten Magelang masih tergolong ramah lingkungan. Dengan dijadikan sebagai tempat pariwisata, maka tempat tempat tersebut akan dirawat dengan baik. Akan tetapi, dengan munculnya kegiatan pariwisata tersebut, muncul pembangunan yang berlebihan. Misalnya pembangunan vila-vila di Kecamatan Sawangan (dekat Gunung Merapi) yang dapat mengurangi jumlah hutan yang ada. Dengan demikian, peluang terjadi longsor menjadi besar. Ketersediaan mata air pun menjadi berkurang. Jadi dapat disimpulkan bahwa kegitan pariwisata di Kabupaten Magelang ada yang menguntungkan dan ada pula yang merugikan dari segi lingkungan.
Dengan demikian, areal tanah di Kabupaten Magelang banyak dimanfaatkan untuk bertani dan penambangan, sisanya untuk pemukiman, dan sebagian kecil untuk kegiatan pemerintahan dan penyedia jasa.
Pendapatan masyarakat masih tergolong kecil, sehingga Kabupaten Magelang didominasi oleh kalangan menengah ke bawah. Jumlah dan arus perputaran uang di desa relatif kecil dan lambat.
Banyak warga yang berpendidikan rendah. Prosentase kalangan terdidik masih sangat kecil apabila dibandingkan dengan seluruh penduduk yang ada. Infrastruktur pendidikan mulai dari play group hingga universitas telah tersedia di Kabupaten Magelang. Akan tetapi, pemikiran masyarakat masih tradisional dan kurang memprioritaskan pendidikan. Hal itu didorong oleh mahalnya biaya pendidikan. Selain itu, kualitas layanan pendidikan di Kabupaten Magelang juga belum maksimal, masih banyak sekolah yang belum memiliki standar SSN (Sekolah Standar Nasional).
Akibat banyak pemuda yang tidak melanjutkan sekolah (biasanya hanya tamat SMA), maka banyak terjadi kawin muda. Walau begitu, kepadatan penduduk terhadap wilayah Kabupaten Magelang masih tergolong rendah. Hal ini terjadi karena masih banyak areal kosong yang saat ini dimanfaatkan untuk bertani.
Ketertarikan masyarakat tentang ilmu pengetahuan dan dunia luar masih sangat minim. Hal ini tercermin dari kebiasaan masyarakat yang lebih suka menonton sinetron dari pada menonton berita nasional dan internasional. Masyarakat yang berlangganan koran dan majalah pun masih sangat sedikit, hal ini sangat berbeda jauh dengan masyarakat-masyarakat kota yang berlangganan koran ataupun majalah secara bulanan. Biasanya masyarakat desa membeli koran atau media massa lain secara eceran di agen-agen atau dari para pedagang asongan. Hal itu pun hanya dilakukan pada saat-saat tertentu (tidak membeli setiap hari).
Masyarakat Kabupaten Magelang masih cukup terbelakang dari pengaruh perkembangan teknologi. Walau demikian, masyarakat telah banyak menggunakan alat-alat elektronik seperti masyarakat kota. Tetapi masyarakat Kabupaten Magelang ini hanya sekerdar pengguna dan menjadi tempat pemasaran berbagai macam produk. Karena hanya merupakan pengguna, maka sering terjadi penyalahgunaan dalam penggunaannya, misalnya handphone mewah yang hanya digunakan untuk mengirim ribuan sms yang tidak penting.
Kegiatan telekomunikasi di Kabupaten Magelang sudah berkembang dengan baik. Sebagian besar masyarakat dewasa memiliki dan tahu cara menggunakan handphone. Kegiatan telekomunikasi di sosial media seperti facebook dan twitter sering disalahgunakan untuk hal-hal yang tidak penting dan menimbulkan kemalasan karena masyarakat desa tidak paham kegunaan sosial media tersebut yang sebenarnya. Di kota-kota di luar negeri dan sebagian kecil kota di Indonesia, masyarakat menggunakan sosial media tersebut untuk menjalin silaturahmi dengan keluarga, menjalin komunikasi dalam organisasi atau forum yang bermanfaat bagi khalayak. Wajar jika terjadi kesalahan dalam panggunaan media sosial oleh masyarakat desa karena mereka hanya pengguna yang terpercik arus globalisasi dari kota. Arus globalisasi tersebut bersumber dari negara-negara maju seperti Jepang, Korea, Rusia, Amerika, lalu merembet ke negara-negara lain, dan masuk ke Indonesia terutama ke kota-kota, kemudian barulah masuk ke desa-desa dan daerah terpencil lainnya.
Tradisi dan kebudayaan terjaga dengan baik di dalam kehidupan masyarakat perdesaan. Masyarakat saling mengenal antara yang satu dengan yang lainnya. Orang miskin dan orang kaya hidup menyatu dan berdampingan.Sosial-budaya masyarakat desa bersifat homogen dan hampir semua warganya masih ada ikatan persaudaraan. Kesopanan dan tatrakama terhadap orang yang lebih tua masih sangat kental, misalnya berbicara dengan menggunakan basa krama. Kegiatan gotong royong masih mengakar kuat dalam jiwa masyarakat, misalnya saat seorang masyarakat membangun rumah, tetangganya akan berdatangan untuk membantu. Rasa kekeluargaan antarmasyarakat masih terjaga dengan baik.
Masyarakat perdesaan di Kabupaten Magelang lebih suka berinvestasi dalam wujud tanah dan emas dari pada investasi atau menabung di bank. Hal ini terjadi karena masyarakat masih berpikir secara tradisional dan tdak mengetahui berbagai kelebihan dan keuntungan yang didapat dari investasi dan menabung di bank. Selain itu masyarakat desa juga masih awam dengan kegiatan investasi dan cara menjalankannya.
Dengan demikian, dapat ditarik kesimpulan bahwa Kabupaten Magelang tergolong desa karena:
1.      Infrastruktur yang belum terbangun dengan baik.
2.      Kegiatan ekonomi yang paling utama adalah bertani.
3.      Minat terhadap pendidikan dan ilmu pengetahuan tergolong rendah.
4.      Kegiatan transportasi masih berbau tradisional.
5.      Masyarakat masih sangat lekat dengan tradisi dan kebudayaan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

KITĀB BAHJATU QULŪBIL ABRĀR, HADĪTS 11

🌍 BimbinganIslam.com Jum’at, 04 Sya’ban 1439 H / 20 April 2018  👤 Ustadz Riki Kaptamto Lc 📗 Kitab Bahjatu Qulūbul Abrār Wa Quratu ‘Uy...